Mitos adalah hal yang menarik untuk dibicarakan bagi masyarakat Indonesia yang sebagian besar percaya pada dunia klenik. Seperti halnya rumor tentang sebuahgereja setan di bandung yang terletak di belakang hotel Grand Aquila di jalan Pasteur, banyak orang yang mengatakan bahwa rumah yang dikira gereja itu adalah gereja setan, yaitu tempat pemujaan iblis yang dilakukan oleh sebuah sekte tertentu.
Ada juga yang mengatakan bahwa rumah yang di atas atapnya ada sebuah patung gurita itu adalah tempat berkumpulnya para dedemit yang dilakukan beberapa paranormal untuk pesugihan tertentu.
Rumor-rumor semacam itu semakin berkembang di kalangan masyarakat kota, terutama dikalangan remaja yang selalu penasaran terhadap hal hal yang berbau mistis. Maka dari rumor itu muncul berbagai spekulasi tentang deskirpsi dan narasi tentang keberadaan rumah gurita yang dikira gereja itu.
Para pencinta dunia maya, banyak yang membuat blog tentang asal-muasal keberadaan gereja tersebut, maka munculnya narasi-narasilebay yang diceritakan para blogger sambil tidak pernah melihat situasi yang sebenarnya.
Misalnya ada beberapa blog yang menceritakan tentang keberadaan rumah gurita tersebut. Bahwa rumah yang terletak di jalan Sukadamai Paster tersebut adalah milik seorang pemuja setan, yang selalu mengadakan ritual sesat pada malam-malam tertuntu, setan yang dipuja adalah Lucifer. Lucifer adalah nama seekor setan yang diusir dari surga, dalam kepercayan agama kristen.
Menurut rumor yang menyesatkan di kalangan masyarakat urban bahwa gereja setan yang di bandung itu sering kali mengadakan ritual-ritual magis dengan mengorban bayi suci untuk lucifer. Hal itu memberikan sentimen negatif atas nama gereja yang seharusnya dijadikan tempat ibadah umat kristen.
Setelah mengadakan investigasi, saya, tim penulis anneahira.com, memberitahukan bahwa rumah yang berada di jalan Sukadamai nomor. 6 itu adalah rumah tinggal biasa, milik seorang seniman yang gemar melukis, yaitu Frans Hamimawan. Ia adalah seorang pencinta seni yang tinggal di Jakarta.
Menurut bapak Abun (70), seorang penjaga rumah itu, yang menjawab dengan ketus pertanyaan penulis, “Bapak Frans pulang sebulan sekali ke rumah ini.” Lalu, ketika penulis tanya lebih lanjut pak Abun tidak mau memberi informasi yang lebih lengkap. Dia begitu tertutup dan misterius seolah menyembunyikan banyak rahasia.
Penulis tak sempat masuk ke rumah tersebut karena pak Abun yang sangat tidak ramah itu segera mengusir penulis setelah menjawab beberapa pertanyaan dengan jawaban yang singkat. Rumah ini cukup besar dengan cat berwarna putih dengan tembok yang tinggi, adapatung gurita di atas atapnya yang sedang mencengkram beberapa kartu domino.
Lantai dua rumah gurita berdinding kaca atau mungkin itu sebuah jendela yang cukup besar. Ada banyak topeng dengan wajah manusia yang dipajang di sana sebagai hiasan. Ada dua gambar kartu remi King dan Quen yang cukup besar menghiasai kaca jendela rumah itu.
Namun, tidak ada jalan masuk ke rumah gurita tersebut. Jalan masuk satu-satu adalah lewat rumah nomor 6 tadi yang terlihat tidak begitu mewah dengan pagar besi yang tidak terlalu tinggi. Rumah ini sangat normal seperti rumah-rumah kebanyakan ada teras dan ada taman kecil di halaman depannya.
Di samping ada sebuah garasi. Nah, rumah inilah yang menutupi rumah gurita tersebut. Jadi rumah gurita atau dibalik rumah nomor 6 ini. Menurut pak Abun, rumah itu dibangun sejak 1980-an. Rumah itu hanya rumah tinggal biasa.
Tak ada sekte pemujaan seperti yang digosip orang-orang. Gurita di atas atap adalah simbol kemakmuran sama seperti naga simbol kemakmuran bagi orang cina. Frans Hamimawan adalah seorang pemeluk agaman Katolik, beliau adalah pemeluk yang taat jadi tidak mungkin ia adalah pemuja setan.
Jadi rumor tentang gereja setan di Bandung itu adalah sebuah kebohongan publik yang dibesar-besarkan. Di rumah itu, yang berhadapan dengan kantor pos, sama sekali tak ada setan, tak ada pemujaan, kata bapak Abun. Namun, pak Abun tetap dengan menjawab dengan singkat, padat, dan misterius.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar